Pertanyaan kedua berkaitan dengan menjamak shalat.
Dia menyebutkan suatu kasus, tapi pertanyaannya adalah tentang cara menentukan kebutuhan untuk menjamak shalat disebabkan kesulitan, dst. Apakah keputusannya kembali kepada imam?
Karena memang terkadang para jemaah di masjid menekan imam agar menjamak shalat.
Menjamak shalat dalam keadaan mukim ketika hujan, harus disertai adanya kesulitan (yang ditimbulkan hujan tersebut), dan harus disertai adanya kesusahan bagi para jemaah shalat.
Sebagian orang awam mengira bahwa menjamak shalat karena hujan, hukumnya seperti mengqashar shalat saat safar. Mereka berkata, “Ini keringanan!” Oleh sebab itu, jika turun hujan, mereka merasa senang dan langsung berkata, “Mari kita menjamak shalat!”, tanpa mempertimbangkan ada tidaknya kesulitan. Sehingga mereka menekan imam (untuk menjamak). Jika sang imam tidak kuat pendiriannya, bisa jadi akan menuruti mereka.
Maka dari itu, tanggung jawab ini ada di pundak imam. Dialah yang mempertimbangkan: “Apakah ada kesulitan yang menjadikan jamak shalat dibolehkan atau tidak?”
Ada beberapa tanda yang mungkin bisa jadi bahan pertimbangan bagi imam mengenai adanya kesulitan yang timbul: Yaitu jika turunnya hujan mempengaruhi aktivitas duniawi manusia. Karena dalam aktivitas duniawi, manusia akan bersikap apa adanya.
Maka, jika hujan mempengaruhi aktivitas duniawi manusia, seperti sebagian orang jadi menetap dalam rumah karena hujan, beberapa tempat ditutup karena hujan, dan pergerakan lalu lintas terganggu karena hujan, maka artinya terdapat kesulitan akibat hujan, sehingga dibolehkan menjamak shalat.
Adapun jika pergerakan manusia biasa saja, tidak terpengaruh sedikit pun. Atau bahkan, jika hujan turun – terlebih lagi saat musim panas – orang-orang merasa senang dan pergi ke tempat-tempat bersantai, pergi ke tempat-tempat rekreasi, dan bergembira ria. Yakni tidak ada sedikit pun kesulitan yang tidak biasa. Maka ketika itu tidak boleh menjamak shalat. Sedangkan menjamak shalat tanpa ada uzur termasuk dosa besar.
Apabila sang imam ragu apakah harus menjamak shalat atau tidak, maka kembali ke hukum asalnya. Hukum asalnya adalah tidak dijamak. Hukum asalnya tidak dijamak; setiap shalat harus dilakukan pada waktunya.
Sehingga harus ada sangkaan kuat tentang adanya kesulitan yang menjadikan jamak shalat dibolehkan.
Waktunya habis; tapi sebagaimana disebutkan penanya, menurut perhitungan imam, keadaannya tidak mengharuskan dilakukan jamak, tapi dia menuruti permintaan jemaah masjid. Ia bertanya, “Apakah harus mengulang shalatnya atau tidak?” Ini masalah ijtihad. Selagi dia telah berijtihad bersama para jemaah masjid, dan mereka menganggap bahwa turunnya hujan menimbulkan kesulitan, maka saya berharap shalat mereka sah.
Terima kasih, ya Syaikh!
Terima kasih juga kepada kalian dan para pemirsa.
Terima kasih juga, saudara-saudari atas perhatiannya.
Terima kasih juga kepada rekan kami, Hasan al-Hilafi yang telah menyiarkan sesi ini dengan bahasa isyarat.
Kita jumpa lagi hari Ahad, insya Allah. Aku titipkan kalian kepada Allah. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
====
السُّؤَالُ الثَّانِي فِيمَا يَتَعَلَّقُ بِالْجَمْعِ
هُوَ ذَكَرَ حَادِثَةً مُعَيَّنَةً لَكِن السُّؤَالُ تَقْدِيْرُ الْحَاجَةِ لِلْجَمْعِ وَالْمَشَقَّةِ وَإِلَى آخِرِهِ هَلْ يَعُودُ هَلْ يَعُودُ لِلْإِمَامِ؟
لِأَنَّ أَحْيَانًا فِعْلًا جَمَاعَةُ الْمَسْجِدِ قَدْ يَضْغَطُوْنَ عَلَى الْإِمَامِ لِكَيْ يَأْتِي بِالصَّلَاةِ أَوْ يَأْتِي بِالْجَمْعِ
الْجَمْعُ فِي الْحَضَرِ لِأَجْلِ الْمَطَرِ لَا بُدَّ مِنْ وُجُودِ حَرَجٍ وَلَا بُدَّ مِنْ وُجُودِ مَشَقَّةٍ عَلَى الْمُصَلِّيْنَ
بَعْضُ الْعَامَّةِ يَعْتَقِدُ أَنَّ الْجَمْعَ لِأَجْلِ الْمَطَرِ هُو كَالْقَصْرِ فِي السَّفَرِ فَيَقُولُونَ هَذِهِ رُخْصَةٌ لِذَلِكَ إِذَا أَتَى الْمَطَرُ يَسْتَبْشِرُونَ يَقُولُ نَجْمَعُ مُبَاشَرَةً وَلَا يَنْظُرُونَ لِمَسْأَلَةِ الْحَرَجِ فَيَضْغَطُوْنَ عَلَى الْإِمَامِ فَإِذَا لَمْ يَكُن الْإِمَامُ قَوِيَّ الشَّخْصِيَّةِ رُبَّمَا يَخْضَعُ لَهُمْ
وَلِذَلِكَ فَالْمَسْئُولِيَّةُ تَقَعُ عَلَى الْإِمَامِ الْإِمَامُ هُوَ الَّذِي يُقَدِّرُ هَلْ فِيهِ حَرَجٌ يَسْتَوْجِبُ الجَمْعَ أَمْ لَا
وَهُنَاكَ قَرَائِنُ مُمْكِنٌ يُسْتَدَلُّ بِهَا إِمَامُ الْمَسْجِدِ بِوُجُودِ الْحَرَجِ وَهِيَ إِذَا أَثَّرَ نُزُولُ الْمَطَرِ عَلَى تَعَامُلَاتِ النَّاسِ الدُّنْيَوِيَّةِ النَّاسُ فِي أُمُورِهِمُ الدُّنْيَوِيَّةِ يَصْدُقُونَ
فَإِذَا أَثَّرَ عَلَى تَعَامُلَاتِ النَّاسِ الدُّنْيَوِيَّةِ يَعْنِي لَازَمَ مَثَلًا بَعْضُ النَّاسِ بُيُوتَهُمْ لِأَجْلِ الْمَطَرِ أُغْلِقَتْ بَعْضُ الْمَحَلَّاتِ لِأَجْلِ الْمَطَرِ كَذَلِكَ حَرَكَةُ السَّيْرِ تَأَثَّرَتْ لِأَجْلِ الْمَطَرِ فَمَعْنَى ذَلِكَ أَنَّ الْحَرَجَ مَوْجُوْدٌ وَقَائِمٌ فَلَهُ الْجَمْعُ
أَمَّا إِذَا كَانَتْ حَرَكَةُ النَّاسِ مُعْتَادَةً تَمَامًا بَلْ رُبَّمَا إِذَا نَزَلَ الْمَطَرُ وَخَاصَّةً فِي الصَّيْفِ يَفْرَحُ النَّاسُ وَيَذْهَبُوْنَ لِاسْتِرَاحَاتٍ وَيَذْهَبُوْنَ لِمُنْتَزَهَاتٍ وَيَتَفَسَّحُوْنَ يَعْنِي لَا تُوجَدُ أَدْنَى دَرَجَاتِ الْحَرَجِ غَيْرِ الْمُعْتَادِ هُنَا لَا يَجُوزُ الْجَمْعُ وَجَمْعُ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ مَعْدُودٌ مِنَ الْكَبَائِرِ
وَإِذَا أَشْكَلَ عَلَى الْإِمَامِ هَلْ يَجْمَعُ أَوْ لَا يَجْمَعُ؟ فَنَرْجِعُ لِلْأَصْلِ وَالْأَصْلُ عَدَمُ الْجَمْعِ الْأَصْلُ عَدَمُ الْجَمْعِ أَنَّ كُلَّ صَلَاةٍ تُصَلَّى فِي وَقْتِهَا
فَلَا بُدَّ مِنْ غَلَبَةِ الظَّنِّ بِوُجُودِ الْحَرَجِ الْمُوجِبِ لِلْجَمْعِ
انْتَهَى الْوَقْتُ لَكِنْ فِيهِ كَمَا ذَكَرَ تَقْدِيرُ الْإِمَامِ أَنَّ الْأَمْرَ لَا يَسْتَدْعِيهِ الْجَمْعُ لَكِنَّهُ اسْتَجَابَ لِجَمَاعَةِ الْمَسْجِدِ يَقُولُ هَلْ يُعِيدُ الصَّلَاةَ أَوْ لَا؟ هَذِهِ مَسْأَلَةٌ اجْتِهَادِيَّةٌ مَا دَامَ أَنَّهَا قَدْ اجْتِهَدَ مَعَ جَمَاعَةِ الْمَسْجِدِ وَقَدَّرُوا أَنَّ نُزُولَ الْمَطَرِ يَعْنِي فِيهِ حَرَجٌ أَرْجُو أَنْ تَكُونَ صَلَاتُهُمْ صَحِيحَةً
شَاكِرِيْنَ مُقَدِّرِيْنَ فَضِيلَةَ الشَّيْخِ
وَشُكْرًا لَكُمْ وَالْإِخْوَةِ الْمُشَاهِدِيْنَ
شُكْرًا كَذَلِكَ لَكُمْ أَنْتُمْ أَيُّهَا الإِخْوَةُ وَالأَخَوَاتُ عَلَى حُسْنِ مُشَاهَدَتِكُمْ وَمُتَابَعَتِكُم
وَنَشْكُرُ زَمِيْلَنَا حَسَنًا الْحِلَافِي الَّذِي نَقَلَ هَذِهِ الْحَلَقَةَ بِلُغَةِ الْإِشَارَةِ
مَوْعِدُنَا مَعَكُمْ يَوْمَ الْأَحَدِ إِنْ شَاءَ اللَّهُ أَسْتَوْدِعُكُمُ اللَّهَ السَّلَامَ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ